Jumat, 20 Mei 2011

JALAN BAHAGIA

Ini sebuah kisah tentang seorang teman yang sangat tegar.

Beberapa tahun yang lalu, kalau tidak salah saat saya semester 4. Suatu hari, saya tiba di kampus, tepatnya di aula di mana perkuliahan hari itu akan dilaksanakan. Seperti biasa, kalau kuliah pagi, akan lumayan banyak mahasiswa yang terlambat termasuk juga dosennya. Saya mencari tempat duduk yang nyaman, ga hanya buat saya seorang, tetapi buat teman-teman cs. Nah, saya memilih duduk di belakang Lila dan sohibnya, Rara. Di sana juga ada dua orang lagi sohib mereka. Setelah saya duduk, saya perhatikan mereka sedang bicara serius. Tapi kok ada yang aneh. Ada air mata yang mengiringi pembicaraan mereka. Dasar saya yg penasaran, saya ikut nimbrung.
“Eh, La, kenapa nangis? Ada apa?”
“Aku mau berhenti kuliah”
“Kenapa?”
Lila pun menguraikan kisahnya. Dia udah tak bisa lagi melanjutkan kuliah karena sakit yang dideritanya semakin membuatnya tak berdaya. Sakit? Sakit apa?
Baiklah, akan saya ceritakan lagi mengenai hal ini.
Saya lupa tepatnya kapan. Lila bercerita kepada saya, bahwa dia memiliki suatu penyakit bawaan sejak lahir. Penyakit itu terkait saraf mata yang terhubung ke otak. Saya juga tidak tahu apa nama penyakit ini. Jadi jangan tanya saya apa nama penyakitnya. Karena saraf mata yg mengalami gangguan, maka dokter yg pernah menanganinya berkata bahwa tidak ada pengobatan yg dapat menyembuhkannya, yg ada hanya mengurangi rasa sakit dan mencegah agar tidak bertambah parah. Bola mata yg sebelah kirinya adalah bola mata tanam, bukan lagi yang asli karena telah diganti. Dia juga pernah menjalani operasi katarak sehingga pernah satu tahun harus meninggalkan sekolahnya.
Meski dengan keadaannya yg seperti itu, Lila tak patah semangat untuk terus sekolah kembali. Lila juga termasuk siswa yang pandai. Di kampus pun dia mendapat IP yang terbilang tinggi di prodi kami. Lila juga akhwat yang baik. Dia ikut bergabung juga di KSI tingkat prodi. Karena keadaan sakitnya itu, dia pun mengundurkan diri dari KSI.
Untuk melihat ke papan tulis, Lila udah ga bisa. Sehingga dia cuma melihat catatan temannya yg di samping. Penglihatannya akhir-akhir ini pun semakin kabur. Apalagi jika dipaksakan untuk belajar, Lila pusing dan semakin gelap. Saat mengetahui keadaannya seperti itu, saya sungguh merasa miris. Andai saja saya di posisinya, mungkin saya tak bisa sekuat Lila. Saya jadi semakin bersyukur dgn apa yg telah Allah SWT karuniakan kepada saya. Alhamdulillah...
Kembali ke obrolan bersama Lila cs.
Lila udah ga kuat lagi untuk terus kuliah. Semakin kabur, semakin gelap. Pusing juga. Dia menjelaskan semuanya sambil diiringi air mata. Tentu saja kami sebagai teman turut prihatin dgn keadaannya. Kami nangis bersama. Akhirnya kami cuma bisa menguatkan dia dan mendoakan agar Lila kuat menghadapi cobaan ini. Akhirnya Lila pun memutuskan untuk berhenti kuliah. Katanya, kalau keadaannya telah membaik, dia akan meneruskan kuliah.
Hingga akhir semester dan final, Lila masih tetap ke kampus seperti biasa. Setelah itu kemudian seperti yang sudah direncanakan, Lila cuti kuliah. Sebelumnya dia sudah bercerita kepada dosen PA.
Saat teman-teman ikhwan di KSI tahu keadaan Lila, mereka mengusulkan kepada kami para akhwat untuk menjenguk dan mensupprotnya. Ya, kami memang berencana seperti itu. Saya pun meminta Rara untuk memberi info kalau Lila ada di Banjarmasin. Rara adalah teman dekat Lila dan tinggal satu kos.
Suatu hari, Rara memberi kabar bahwa Lila sedang ada di Banjarmasin dan ada di kos. Saya dan beberapa teman lalu menjenguknya sepulang kuliah. Senang sekali bisa bertemu dengannya lagi. Kami pun bercerita banyak hal. Prihatin. Itu yg kami rasakan saat melihat keadaanya. Namun kami terus berusaha menguatkannya. Lila saja tidak menampakkan kesedihan. Dia masih bisa tertawa dan bercanda. Sungguh hebat. Saya bangga punya teman setegar Lila.
“Maaf ya, aku cuma bisa mendengar suara kalian. Tidak jelas”, tuturnya pada kami saat kami tiba. Pandangan matanya pun tidak kearah lawan bicara. Dia bercerita tentang pengobatan alternative dari seorang dokter yang dikenalkan sahabatnya. Biayanya ga sedikit. Puluhan juta untuk pengobatan dua bulan. Padahal ayahnya hanya seorang guru yg setahu saya baru saja selesai S1, sedang ibunya ibu rumah tangga. Tentu itu bukan biaya yg sedikit. Tapi semua dilakukan untuk kesembuhan Lila. Dokter itu memberikan ramuan dan obat-obatan yang katanya sih bahannya dari China. Kami pun berharap semoga Lila bisa seperti dulu. Sehat dan kembali kuliah lagi. Terlihat sekali optimisme dari Lila. Kami pun mendoakan kesembuhannya.
Lila pun pulang ke kampung halaman. Meski begitu, kami tetap menjaga silaturahim walau cuma lewat sms. Setelah berbulan-bulan tidak bertemu, saya bertanya keadaanya pada Rara. Ternyata pengobatan alternative yg dulu dijalani tidak membuat keadaanya lebih baik. Awalnya sih ada perubahan yg menyebabkan penglihatan jadi lebih jelas. tapi obat yang diberikan dokternya cuma untuk beberapa bulan. Setelah obat itu habis, kembali seperti semula. Yang memprihatinkan, dokter itu tidak bisa dihubungi. Seperti lepas tanggung jawab. Padahal biaya yg dikeluarkan sangat banyak. Akhirnya, Lila dan keluarga tak menghubungi dokter itu lagi. Seperti peribahasa ya. “Sudah jatuh tertimpa tangga pula”. Saya kesal sekali sama dokter itu. Memang, kesembuhan itu hanya Allah yg menentukan. Tapi dokter harusnya tetap memperhatikan perkembangan dari pasien yg ditanganinya. Dokter itu seperti menghilang. Misterius.
Ya Allah, semoga Lila dan keluarganya tabah menghadapi ini semua. Pasti ada rencana indah yang Kau siapkan untuknya. Hanya doa yg bisa diberikan untuk Lila.
Waktu pun terus berjalan. Beberapa bulan yang lalu, karena saya sudah lama tak bertanya kabar dengan Lila, saya kirim sebuah sms. Waktu itu saya baru saja wisuda. Kemudian, saya dapat balasan sms dari Lila. Saya sangat senang mendengar kabar darinya. Dia dalam keadaan baik-baik saja dan sangat berbahagia. Apa gerangan yang membuatnya bahagia?
Hehehehe. Lila minta maaf pada saya karena dia tidak mengundang saya saat acara pernikahannya. Tapi Lila janji akan mengirim undangan resepsi perkawinan, meski cuma lewat sms. Karena tempat tinggal Lila di daerah Barabai, sedangkan saya di Banjarmasin. Walau tak menutup kemungkinan, undangan masih dapat dikirimkan.
Waaaaahhhh....!!! Saya sangat kaget karena tidak diberitahu sebelumnya. Tapi saya sangat senang. Alhamdulillah, teman saya ini telah menemukan imam terbaik pilihan Allah untuknya. Masih terngiang di telinga saya, suatu kali di kelas, Lila berkata “Adak ah seorang lelaki yang mau menerima keadaanku yg seperti ini?”, tapi Lila masih bisa senyum kok. Kami yg mendengarnya hanya memberinya dukungan dan nasihat bahwa semua pasti udah diatur oleh Allah. Pasti itu yg terbaik.
Akhirnya.... Lila pun menemukan pangerannya. Sungguh membahagiakan. Lelaki itu tentulah lelaki sholeh yg terbaik yg telah Allah siapkan untuk Lila. Dia pasti mampu membimbing Lila dan membahagiakan Lila. Lila pantas mendapatkan lelaki sholeh ini. Alhamdulillah... Jalan bahagia telah Allah sediakan untuk setiap hambaNya. Inilah jalan bahagia untuk Lila.

Semoga kisah ini bermanfaat ya...

Teriring doa untuk temanku...
Barakallahu laka wa barakallahu alaika wa jama’a bainakuma fil khair.
Semoga Allah karuniakan barakah kepadamu dan semoga Ia limpahkan barakah atasmu dan semoga Ia himpun kalian berdua dalam kebaikan.

RATAPAN DUNIA PENDIDIKAN

Pendidikan, suatu hal yg sangat penting dalam kehidupan ini. Apalagi di zaman serba canggih dan dunia yg seakan tanpa batas ini. Pemerintah pun mewajibkan setiap warga negara untuk bersekolah selama 9 tahun, yaitu di tingkat SD (6 tahun) dan SMP (3 tahun). Meskipun pendidikan itu tdk harus didapatkan di bangku sekolah formal menurut saya. Tapi ini merupakan salah satu jalan agar setiap anak bangsa mendapat ilmu pengetahuan. Sayangnya, masih banyak anak yang tak bisa bersekolah. Mereka terpaksa harus bekerja demi kehidupan yg serba kekurangan. Namun, yg lebih memprihatinkan adalah saat seorang anak yg mampu untuk bersekolah tetapi malas sekolah. Sengaja bolos sekolah untuk pergi ke tempat yg tak semestinya hanya untuk mencari kesenangan sesaat. Atau datang ke sekolah hanya karena paksaaan orang tua dan bermalas-malasan di kelas. Apakah mereka tdk pernah berpikir bahwa mereka adalah orang-orang yg sangat beruntung karena orang tuanya masih mampu untuk menyekolahkan mereka? tetapi kesempatan emas utk mendapat ilmu malah disia-siakan, Menyedihkan bukan?
Memang kita tak dapat menyalahkan siswa yg malas ini sepenuhnya, karena bisa jadi mereka merasa terbebani dengan pendidikan formal di sekolah. Atau mereka punya masalah dalam lingkungan keluarganya, sehingga mereka mencari pelarian dari masalah tersebut. Tak jarang siswa yg malas, siswa yg nakal, yg sering membuat onar, adalah siswa yg bermasalah dalam lingkungan keluarganya. Misalnya, dari keluarga broken home, orang tua yg otoriter, orang tua yg sibuk dgn pekerjaan, sehingga siswa yg merupakan seorang anak manusia yg punya perasaan merasa kesepian dan terabaikan. Ups, maaf. Sebenarnya saya bukan seorang psikolog yg kompeten untuk membicarakan masalah ini. Saya hanya berkomentar atas apa yg saya lihat pada siswa saya.
Baiklah, kembali kita bicarakan tentang dunia pendidikan di negeri ini. Dunia yg sangat luas...yg entah masih adakah orang yg peduli dgn nasibnya.
Pendidikan memang identik dengan sekolah. Mari kita tilik bagaimana proses pendidikan di sekolah saat ini. Proses yg ada di sekolah sangat menekankan pada pencapaian nilai yg tinggi. Berorientasi pada nilai akhir. Padahal, nilai yg tinggi itu belum tentu dapat menjadi jaminan bahwa seseorang menguasai ilmu yg telah ia dapatkan. Karena bisa saja nilai yg tinggi itu didapat melalui tindakan curang. Sudah menjadi rahasia umum yg bagi saya bukan lagi rahasia, bahwa dalam setiap ujian bahkan Ujian Nasional selalu saja ada kecurangan yg dilakukan siswa. Yang sangat menyedihkan adalah jika guru yg semestinya menjadi teladan malah ikut terlibat dalam tindakan kecurangan ini. Menyontek...seakan sudah jadi tradisi di dunia pendidikan. Hal yang dulu sungguh memalukan, sekarang malah terbalik, malu kalau tdk ikut menyontek. Aduuuuuh, beginikah siswa zaman sekarang? Tapi masih banyak siswa yg jujur dan berusaha atas kemampuannya sendiri, tapi tentu saja jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan siswa CURANG. Sayangnya, siswa yang jujur ini seringkali mendapat nilai yg tidak memuaskan, bahkan ada yg tidak lulus ujian. Sedangkan siswa curang lulus dgn nilai di luar dugaan. Adilkah???
Banyak cerita mengenai pelaksanaan ujian nasional. Akan saya uraikan beberapa di antaranya, meskipun saya yakin bahwa Anda juga tentu mengetahuinya. Ini rahasia umum. Bukan rahasia lagi kan?
Sebelum dan saat pelaksanaan ujian nasional, banyak sms tersebar yg berisi kunci jawaban dari soal yg diujikan. Entah siapa sumbernya. Seringkali jawabannya itu tepat, meski tak menutup kemungkinan ada jawaban yg salah atau sengaja disalahkan. Hal ini telah terjadi sejak bertahun-tahun yang lalu dan masih saja terjadi sampai ujian nasional kali ini. Sebagian besar siswa akhirnya menyandarkan diri pada “kemurahan hati” si penyebar sms yg masih misterius itu. Yang parahnya nih, penyebaran sms ini terkadang juga melibatkan oknum guru dgn alasan kasihan pada siswa. Seorang guru menuturkan bahwa beliau pada ujian nasional tahun ini mengirim sms kunci jawaban pada siswanya dan minta disebarkan pada siswa lain. Apa motifnya? Ternyata beliau yg belum pernah melakukan hal ini sebelumnya, merasa harus melakukannya karena guru-guru lain yg jadi pengawas ujian juga melakukan hal itu. Maka beliau pun mengirim sms demi “menyelamatkan” siswanya. Sebenarnya, apa yg dilakukan oknum guru ini akan jadi boomerang bagi dirinya, atau bahkan bagi semua guru.

Seorang mahasiswa PPL (praktek pengalaman lapangan) yg sedang praktek mengajar di suatu SMA, mendapat tugas untuk mengajar di kelas XII. Dia mengajarkan matematika. Sungguh pengalaman yg tidak menyenangkan tuturnya. Saat dia menjelaskan matematika, banyak siswa tidak memperhatikan. Dia pun memberi teguran dan mengingatkan pentingnya belajar matematika karena mata pelajaran ini merupakan salah satu mata pelajaran yg diujikan di ujian nasional. Apa jawaban siswa tersebut saat ditegur? Jawabnya, “Ga penting, nanti ada saja sms”. Maksudnya, ada sms kunci jawaban, sehingga tak perlu belajar, cukup menunggu sms jawaban itu dan mereka pun lulus. Apa tidak mengecewakan? Susah payah guru mengajarkan selama bertahun-tahun, ternyata di akhir, siswa lebih percaya pada sms daripada kemampuannya. Sungguh memprihatikan....Ini adalah boomerang dari adanya penyebaran sms itu. Siswa jadi tidak lagi termotivasi untuk belajar. Mereka lebih memilih bersantai-santai dan nunggu “durian runtuh” alias sms jawaban. Pemikiran siswa seperti ini membuat siswa jadi malas belajar dan tentu akan merugikan pendidikan.
Boomerang lainnya adalah sikap siswa kapada guru. Sungguh jauh berbeda dengan bertahun-tahun yang lalu. Meskipun masih ada siswa yg hormat dan santun pada guru, tetapi siswa yg tidak sopan jauh lebih banyak. Dulu, malu sekali jika ditegur oleh guru. Tapi sekarang, siswa merasa teguran itu seperti prestasi. Aneh bukan? Dulu, jika diberi tugas, dikerjakan dgn sungguh-sungguh. Sekarang, tinggal mengcopy-paste punya teman. Dulu dan sekarang jauh berbeda. Hal ini juga disebabkan perkembangan teknologi yg sungguh sangan cepat. Di zaman globalisasi ini, apa sih yg tidak diketahui? Semua bisa diketahui dgn mudah. Antar daerah, antar negara, antar benua, sampai ke antariksa. Rupanya, perkembangan teknologi ini juga punya dampak negative bagi siswa. Contohnya, saat belajar di kelas, ada siswa yg mendengarkan music dengan menyembunyikan headsetnya di balik kerudung. Di rumah, kurangnya control orang tua juga mengakibatkan siswa lebih betah bermain game daripada belajar. Main PS, browsing, facebookan, YM, dll. Waktu untuk belajar pun berkurang. Tak hanya dari sisi prestasi siswa yg kurang baik, moral mereka pun dapat tercemar karena tak semua anak memiliki kemampuan yg baik dalam menyaring informasi yg mereka dapatkan. Ini bukan salah dari teknologi, tapi kontrol dari semua pihak yg kurang terhadap anak dalam memanfaat teknologi itu. Coba anda perhatikan tayangan di televisi. Sinetronnya sebagian besar bertema cinta dan remaja, perebutan harta dan kekuasaan, saling fitnah, bermusuhan. Yang miris adalah sikap siswa kepada guru yg tidak hormat. Guru malah dijadikan bahan olok-olok atau digambarkan sangat menyeramkam alias killer. Siswa yang berpakaian sangat minim dan tak pantas dengan dandanan berlebihan. Akibat tayangan seperti ini, tak sedikit anak atau remaja yang meniru. Inikah yg diharapkan? tentu tidak.

Kembali ke ujian nasional. Sungguh di luar dugaan. Hasil yg mencengangkan. Aneh bin ajaib. Pada saat pengumuman hasil ujian, peringkat tertinggi di sekolah seringkali bukanlah siswa yg sehari-hari dinilai pandai dan cerdas oleh guru, tetapi siswa yg biasa-biasa saja atau bahkan di bawah rata-rata. Perangainya pun tidak mencerminkan sama sekali bahwa dia siswa yang rajin. Ini adalah pengalaman ibu saya sendiri yang jadi guru. Tak hanya ibu saya yg kecewa dgn hasil ujian nasional itu, tapi guru yg lain. Tentunya, siswa yg biasanya menjadi juara kelas atau berprestasi di sekolah berharap merekalah yg menjadi terbaik saat kelulusan. Tetapi rupanya siswa lain yg lebih “BERUNTUNG”. Nah, ini bukan sekadar cerita rekaan lo. NYATA !!!
Teman saya bercerita. Saat dia mengetahui hasil kelulusan dan ternyata yg menjadi juara peraih nilai tertinggi di sekolahnya adalah siswa lain dgn nilai yg “mengagumkan”, dia juga merasa kecewa. Tapi itu hanya sementara, karena dia jauh lebih bangga dgn nilai yg dicapainya dengan jerih payah dan kerja kerasnya sendiri. Bukan dgn menggantungkan nasib pd bantuan oknum-oknum tak dikenal. Gurunya pun berkomentar padanya bahwa beliau lebih bangga pada teman saya itu daripada “sang JUARA” yang nilainya itu entah bagaimana cara meraihnya. Wallahua’lam.
Pernah pula kejadian di sekolah saya sendiri. Seorang teman yg tidak sekelas dengan saya meraih nilai ujian nasional pada mata pelajaran matematika 10. Padahal sehari-harinya, dia selalu mengikuti remedial. Guru saya pun bukannya senang dgn nilai yg diraihnya itu, malah beliau sangat kecewa sekali. Sampai suatu ketika, guru matematika saya itu pun mengungkapkan perasaan beliau pada teman saya itu. “Dapat ilham dari mana bisa dapat nilai 10?” tanya guru saya. Teman saya cuma senyum dan bilang “dari Allah”. Sepengetahuan saya demikian. Ini diceritakan teman yg lain yg menyaksikan kejadian itu. Ah, guru saya bukannya su’udzon padanya, tetapi suatu hal yg benar-benar tidak disangka. Heran.
Ada lagi nih yang tidak kalah heboh. Tidak hanya oknum guru yg terlibat dalam kecurangan ini, tetapi ada juga kepala sekolah yang melegalkan kecurangan itu terjadi. Pengakuan seorang wakil kapala sekolah, sebut saja Bapak K. Bapak K ini diperlihatkan oleh kepala sekolah yg menjadi atasan beliau di sekolah, kunci jawaban soal ujian nasional yang siap disebarkan kepada siswa lewat sms. Astaghfirullah. Kepala sekolahnya sendiri ikut-ikutan. Bagaimana mungkin bisa terjadi perbaikan dalam pendidikan?

Fakta lainnya. Seorang guru mengaku kepada saya. Sebut saja Ibu R. Ibu R bercerita bahwa di sekolah beliau dulu sebelum beliau pindah ke sekolah tempat bertugas sekarang, beliau bersama guru-guru lainnya membantu siswa dengan membentuk tim sukses UN. Tugas tim sukses ini adalah memperbaiki jawaban siswa dengan menghapus jawaban siswa yang salah kemudiaa mengganti jawaban tersebut dengan jawaban yang benar. Sehingga nilai siswa dapat menjapai passing grade supaya lulus. Walaupun lulus dengan nilai pas-pasan, yang penting lulus. Lalu, saya bertanya, “Apakah semua guru mau jika disuruh menjadi tim sukses?”
“Tentu saja, terutama guru mata pelajaran yang di UN. Kan gurunya gak mau dianggap gak becus ngajar. Kalo banyak siswa yang gak lulus, gurunya yang disalahkan. Kasihan juga sama siswa. jadi, ditolong supaya lulus. Tapi siswa gak tau ada tim sukses ini. Jadi, mereka bener-bener belajar dgn sungguh-sungguh. Gak tau akan dibantu. Nah, jadinya siswa masih menaruh hormat sama guru. Masih mau belajar dan memperhatikan. beda dgn sekarang. Mereka tau kalo nanti akan ditolong, dapat bocoran. makanya siswa gak sopan lagi sma guru”, begitulah jawaban dari Ibu R.
Ya ampuuuun...., walau bagaimanapun bentuknya, tetap tak bisa dibenarkan. Yang bathil tetap bathil. yang haq tetap haq.

Kisah lainnya. Tak hanya oknum sekolah, oknum lain yang masih misterius juga banyak berperan dalam kecurangan ini. Bukan hanya dalam bentuk penyebaran sms, tetapi kebocoran soal ujian. Sudah sering saya dengar bahwa ada pihak yang mencari keuntungan dengan menjual soal ujian. Entah itu soal ujian yang benar atau soal ujian palsu. Tetapi buktinya, masih banyak siswa yang percaya dan membeli soal dari oknum itu dengan harga yang tidak bisa dikatakan sedikit.
Seorang siswa SMP bercerita bahwa temannya mengajak dia untuk patungan membeli soal ujian yang seingat saya seharga 18 juta rupiah. Tapi siswa ini tak mau. Dia lebih memilih belajar dan berusaha sendiri dgn mengharap pertolongan Allah. Ada pula siswa SMA yang mengatakan bahwa di sekolahnya, siswa mengumpulkkan sejumlah uang sebesar 300-400 ribu. Untuk apa? Untuk membeli soal ujian. Setelah didapatkan, soal itu dijawab bersama. Cerita teman saya yang menjadi guru privat seorang siswa SMA swasta. Dia diajak oleh siswanya untuk menjawab soal ujian yang telah didapatkan oleh temannya. Tapi, teman saya ini tahu bahwa itu adalah kecurangan yang hanya merupakan pembodohan. Maka, dia pun tidak bersedia dengan membuat alasan ada acara yang harus dihadiri. Entah dari mana soal itu didapatkan, yang jelas kebocoran soal ini bukan hal yang asing. Berita di televisi yang pernah saya tonton menayangkan seorang penjual soal ujian yang tertangkap. Ada pula berita mengenai oknum guru dan siswa yang ditangkap polisi karena pembocoran soal. Begitu pula dengan pengawas ujian, saya lihat di tayangan televisi ada pengawas yang memberikan kunci jawaban soal dengan menuliskannya di selembar kertas.
Berbicara tentang pengawas ujian, sungguh ini suatu tanggung jawab yang sangat berat bagi seorang pengawas. Seorang pengawas dihadapkan pada sebuah dilema. Seperti buah simalakama. Jika pengawas bersikap tegas dan disiplin, ketat dalam penjagaan dan jujur, maka pihak sekolah tak jarang malah menyalahkan si pengawas. Sebaliknya, jika pengwas bersikap longgar, bukankah itu tindakan yang sama saja dengan melegalkan tindakan curang yang ada di depan mata. Maka, tak ada pilihan lain yang dianggap paling baik oleh sebagian besar pengawas, kecuali menutup mata dgn fenomena itu. Meski hati nurani tidak membenarkannya. Kisah seorang guru yang bertugas menjadi pengawas ujian. Beliau mengambil handphone seorang siswa yang ditemukan saat ujian. Meski ayah dari siswa tersebut adalah seorang pejabat, guru itu tetap bertindak tegas tanpa memandang siapa ayah siswa tersebut. Handphone itu diambil dan dilaporkan ke pihak sekolah. Apa yang diterima oleh guru itu? Beliau malah dimarahi kepala sekolah karena telah mempersulit siswa sekolah itu. Aneh kan? Bertindak jujur malah disalahkan. Masih banyak kisah lain tentang sulitnya jadi pengawas. Sungguh dilema.
Sekarang mari kita pikirkan. Apa sebenarnya tujuan pendidikan itu? Bukankah untuk membentuk manusia seutuhnya? Yang cerdas dan berakhlak mulia? Nah, sudah kah itu tercapai? Jawablah dgn jujur. Bercermin pada pelaksanaan ujian nasional, memang nilai yg diraih sangat tinggi. Dapat kita katakan tingkat kelulusan sangat memuaskan. Dari tahun ke tahun terjadi peningkatan persentase kelulusan. Tapi, tidakkah kita sadari bahwa dari tahun ke tahun pula, pendidikan meluluskan manusia-manusia berjiwa koruptor. Dari tahun ke tahun bukanlah terjadi peningkatan prestasi, tetapi kemerosotan moral. Dari tahun ke tahun, bukan siswa yang berilmu pengetahuan yang bertambah, tetapi siswa yang tidak peduli dengan pentingnya ilmu. Dari tahun ke tahun, kejujuran semakin terkikis dari hati generasi bangsa. Budaya menyontek terus dilestarikan oleh keadaan. Teladan yang semestinya digugu dan ditiru kini entah ada di mana keberadaannya. Inikah pendidikan yang kita inginkan? Bukan. Bukan yang seperti ini.
Sungguh..., ingin menangis rasanya membayangkan bangsa ini nantinya akan dipimpin oleh mereka yg lulus sekolah dgn ketidakjujuran. Sekolah hanya untuk meraih ijazah, bukan untuk mendapat ilmu pengetahuan. Sekadar mencari gelar dan akhirnya bisa kerja. Sungguh..., ingin marah rasanya pada keadaan yg menyebabkan mereka yg meraih prestasi dgn cara tidak benar diagung-agungkan, sementara mereka yg bertahan pada prinsip kejujuran malah terabaikan, tak jarang mereka malah ditertawakan karena prinsipnya atau dijatuhkan karena mereka tdk mampu berprestasi sebaik yg dicapai oleh siswa yg menghalalkan segala cara. Sungguh..., jika pendidikan itu sosok yg bernyawa, tentu sekarang dia sedang meratapi nasibnya. Apakah ke depan akan lebih baik? Semoga. Tapi itu takkan tercapai jika hanya segelintir orang yg mengusahakan perubahan dan perbaikan di dunia pendidikan. Mari kita melangkah bersama dan bersatu dalam memperbaiki dan memajukan pendidikan di negeri ini. Keterlibatan semua pihak sangat diharapkan dan dibutuhkan. Sekecil apapun kontribusi kita, itu sangat berarti. Tunggu apa lagi?
Wallahu’alam


Mendengarkah kau...
wahai insan berakal
Sebuah ratapan
dariku yang tak bernyawa
Masa depan gemilang
Apakah hanya angan-angan?
Asa akan kesuksesan bangsa
Dapatkah jadi nyata?
Penghargaanku pada setiap peluh
mereka yang berjuang
demi ilmu yang dirindui
Kebangganku pada setiap tangis
mereka yang berharap
anak didik jadi tumpuan
Jangan biarkan ku hina
dalam kebobrokan
bertopeng pencapaian indah
namun semu dan tak bermakna
Bukan itu inginku
Kerja kerasmu ku nantikan
Buktikanlah...
Ku tunggu perubahan
pada diriku

MENJADI GURU ITU...

Menjadi guru itu adalah panggilan hati. Itu menurut saya. Tapi ada pula mungkin yang menjadi guru hanya karena pekerjaan itulah yg ada peluangnya meski tidak sesuai dgn latar belakang pendidikannya. Bahkan ada pula yang termotivasi oleh masa lalu yang tidak menyenangkan sehingga membuatnya memutuskan untuk menjadi guru.
Ini adalah cerita dari seorang guru saya di sekolah dulu. Beliau mengajarkan mata pelajaran yg bias dikatakan sulit dan membuat siswa pusing. Siswa yg suka mata pelajaran ini sangat langka. Mata pelajaran itu adalah kimia. Beliau bercerita bahwa sebenarnya beliau tidak suka sekali dgn kimia. Bahkan waktu sekolah dulu, nilai kimia beliau tidak bias dikatakan baik. Tapi, karena tidak pernah mendapat nilai baik itulah beliau bertekad untuk jadi guru kimia. Supaya beliau benar-benar paham dengan materi pelajaran kimia itu. Malu dong kalo gurunya saja tdk menguasai mata pelajaran yg diajarkan. Bagaimana bias siswanya dapat memahami materi kalo gurunya tidak paham apa yg akan diajarkan? Nah, karena itulah guru saya itu memutuskan untuk jadi guru kimia. Beliau pun setelah lulus SMA masuk ke pendidikan kimia dan berhasil jadi guru kimia yg baik dan pintar menurut saya. Alhamdulillah, meski saat sekolah beliau merasa sulit mempelajari kimia, kini beliau mampu menjadi salah seorang guru kimia yg professional.
Cerita lainnya adalah seorang guru fisika. Beliau itu sebenarnya tidak punya keinginan sama sekali untuk menjadi guru. Karena cita-cita beliau itu adalah menjadi dokter. Sayangnya, saat ikut tes masuk fakultas kedokteran, beliau gagal. Orang tua beliaulah yg mendaftarkan beliau ke pendidikan fisika. Meskipun beliau tidak mau, tapi menurut orang tuanya itu lebih baik daripada tidak kuliah. akhirnya beliau pun lulus kuliah dan menjadi guru fisika, salah satu pelajaran yg juga menjadi momok dan dianggap sangat sulit oleh sebagian besar siswa. Karena beliau menjalankan profesinya sebagai guru dengan setengah hati, maka tentunya berakibat pula terhadap cara mengajar dan hasil yg dicapai siswa yg diajari. Ternyata memang berat menjalani sesuatu yg benar-benar tidak kita suka.
Lain halnya dgn seorang guru yg benar-benar mencintai pelajaran yg beliau ajarkan. Benar-benar mencintai siswanya. Benar-benar mencintai profesinya. Tentunya guru seperti ini akan menjalankan amanahnya sebagai seorang pendidik dengan baik. Tidak sekadar untuk mencari penghasilan, tetapi memiliki niat yg benar-benar tulus ingin membagi ilmunya dan membuat siswanya menjadi manusia yg cerdas dan memiliki akhlak yg mulia. Adakah guru seperti ini? Saya rasa banyak. Mudah-mudahan kita salah satunya.

Menjadi guru itu sungguh mulia. Wajar jika ada pepatah yg mengatakan bahwa “Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa”. Karena memang menjadi guru itu bukanlah hal mudah, tapi semua akan menjadi mudah dan indah jika niatnya lurus dan dilaksanakan dengan senang hati. Dulu saya tidak pernah membayangkan bisa berdiri di depan kelas dan memberi materi serta membimbing siswa untuk belajar. Kini saya merasakan betapa besar tanggung jawab seorang guru. Guru tidak hanya mengajar, menjelaskan materi, memberi tugas, dan menilai pekerjaan siswa. Guru itu pendidik yg harus dapat membimbing siswa untuk menjadi manusia yg berakhlakul karimah. Sayangnya, guru lebih banyak menekankan pada pengajaran dan berorientasi pada nilai akademik yg dicapai siswa. Sehingga sebagian besar berlomba-lomba agar siswanya dapat meraih nilai yg tinggi saat ujian dan mengabaikan moralitas.Mengapa saya katakana demikian? Saya rasa Anda pun tahu bagaimana pelaksanaan Ujian Nasional di setiap jenjang pendidikan, di setiap sekolah, di setiap daerah, setiap tahunnya. Selalu terdapat kecurangan yg sudah menjadi rahasia umum. Baik yg melibatkan pihak sekolah maupun pihak di luar sekolah. Entah bagaimana dapat memberantas kecurangan ini. Miris. Sedih. Sungguh suatu yg memprihatinkan. Nilai yg tinggi kini tdk lagi dapat menjadi jaminan bahwa siswa itu benar-benar pintar dan menguasai pelajaran. Yang lebih memprihatinkan adalah adanya oknum guru yg terlibat dalam kecurangan itu untuk membantu siswanya agar lulus. Begitukah guru yg baik itu? Tentu saja bukan.

Menjadi guru itu menyenangkan. Mengapa saya katakan demikian? Banyak hal yg dapat saya ungkapkan mengenai alasan saya menyebut guru sebagai pekerjaan yg menyenangkan. Terkadang siswa dgn berbagai tingkahnya membuat saya ingin tertawa. Terkadang tingkah mereka bikin gemes, kadang pula bikin kesel. Yang jelas, jadi guru itu harus ekstra sabar. Kadang siswa ada yg curhat macam-macam. Ya, harus didengarkan dan diberikan nasihat. Pokoknya menyenangkan deh....!

Menjadi guru itu berarti jadi teladan. Kata pepatah: “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Ya, guru itu digugu dan ditiru. Guru harus dapat jadi teladan yg baik tak hanya bagi siswa tapi juga masyarakat luas. Bagaimana bisa guru mencerdaskan anak bangsa jika dia sendiri tdk cerdas? Bagaimana bisa guru dapat mencetak generasi bangsa yg berakhlak mulia jika guru tidak mampu menjadi teladan yg baik?
Contoh kecil saja. Seorang guru melarang siswa utk merokok, tetapi dia sendiri merokok. Apa tdk salah? Contoh lain. Seorang guru meminta siswa untuk disiplin dan datang tepat waktu ke sekolah, tapi dia sendiri datang terlambat. Apakah ini bisa jadi contoh yg baik buat siswa?
Semoga para guru dapat menjadi teladan buat bangsa dan mendidik generasi bangsa menjadi orang-orang yg berkualitas yg tidak hanya cerdas secara akademis tapi juga berakhlak mulia.

Selasa, 03 Mei 2011

STAD DAN SNOWBALL THROWING

Salam.
Pada kesempatan ini saya hanya ingin membagi pengalaman saya saat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Snowball Throwing.
STAD (Student Teams Achievement Division) dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin, USA. STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pembelajaran kooperatif (Slavin, 2009).
Tipe STAD adalah metode pembelajaran kooperatif dengan pengelompokan kemampuan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota. Keanggotaan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku. Ciri-ciri pembelajaran tipe STAD yaitu kelas terbagi dalam kelompok-kelompok kecil. Tiap kelompok terdiri dari 4-5 anggota yang heterogen dan belajar dengan metode pembelajaran kooperatif dan prosedur kuis. (Suyatno, 2009).
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diadaptasi dari Slavin (2009) adalah sebagai berikut.
(1) Presentasi Kelas
Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Presentasi ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual. Perbedaan presentasi kelas dengan pengajaran biasa adalah presentasi tersebut harus benar-benar berfokus pada unit STAD. Para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis dan skor kuis mereka menentukan skor kelompok mereka.
(2) Kelompok
Kelompok terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama kelompok ini adalah memastikan bahwa semua anggota kelompok benar-benar belajar dan lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Kelompok berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya setelah guru menyampaikan materinya. Pembelajaran itu sering kali melibatkan pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota kelompok ada yang membuat kesalahan.
(3) Pemberian Kuis
Para siswa akan mengerjakan kuis individual setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik kelompok. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis sehingga setiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya.
(4) Skor Perkembangan Individual
Gagasan dibalik skor perkembangan individual adalah untuk memberikan kepada setiap siswa tujuan kinerja yang dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada kelompoknya dalam sistem skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Dengan demikian, kesuksesan kelompok sangat bergantung pada keberhasilan anggotanya.
(5) Penghargaan Kelompok
Langkah selanjutnya setelah kegiatan perhitungan skor perkembangan individu selesai adalah pemberian penghargaan kepada kelompok. Kelompok akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Tiga macam tingkatan penghargaan diberikan berdasarkan pada rata-rata skor kelompok yaitu kelompok baik, kelompok hebat dan kelompok super.

Menurut Ibrahim dkk. (2001), untuk menentukan skor perkembangan setiap siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD ditentukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
Langkah 1 : Menetapkan skor dasar. Setiap siswa diberikan skor berdasarkan kuis-kuis yang lalu.
Langkah 2 : Menghitung skor kuis terkini. Siswa memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan dengan pelajaran terkini.
Langkah 3 : Menghitung skor perkembangan. Siswa mendapatkan poin perkembangan yang besarnya ditentukan apakah skor kuis terkini mereka menyamai atau melampaui skor dasar mereka dengan menggunakan skala yang diberikan di bawah ini.
Skor perkembangan siswa
1.Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar : 0 poin
2.10 poin-1 poin di bawah skor dasar : 10 poin
3.Skor dasar-10 poin di atas skor dasar : 20 poin
4.Lebih dari 10 poin di atas skor dasar : 30 poin
5.Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar) : 30 poin
(Ibrahim dkk., 2001)
Menurut Ibrahim dkk. (2001), menentukan skor tiap kelompok dan memberikan penghargaan kepada kelompok ditentukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
Langkah 1 : Menentukan skor kelompok. Skor kelompok dihitung dengan menambahkan skor perkembangan tiap-tiap individu anggota kelompok dan membaginya dengan jumlah anggota kelompok tersebut.
Langkah 2 : Penghargaan kepada kelompok. Tiap-tiap kelompok memperoleh suatu penghargaan berdasarkan sistem poin berikut ini.
Tabel Kategori penghargaan kelompok
No. Skor Kelompok Penghargaan Kelompok
1 15 < N < 20 Kelompok Baik
2 20 < N < 25 Kelompok Hebat
3 N < 25 Kelompok Super
(Lambas dkk., 2004)

Snowball Throwing
Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing artinya melempar. Snowball Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Dalam pembelajaran Snowball Throwing, bola salju merupakan kertas yang berisi pertanyaan yang dibuat oleh siswa kemudian dilempar kepada temannya sendiri untuk dijawab (Bayor, 2010).
Menurut Bayor (2010), Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran aktif (active learning) yang dalam pelaksanaannya banyak melibatkan siswa. Peran guru di sini hanya sebagai pemberi arahan awal mengenai topik pembelajaran dan selanjutnya penertiban terhadap jalannya pembelajaran.
Snowball Throwing sebagai salah satu dari model pembelajaran aktif (active learning) pada hakikatnya mengarahkan atensi siswa terhadap materi yang dipelajarinya. Namun sebagaimana model pembelajaran lainnya, dalam penerapannya pun ada faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain kondisi siswa, waktu yang tersedia, materi yang diajarkan dan tujuan pembelajaran (Bayor, 2010).
Langkah–langkah penerapan Snowball Throwing menurut Suprijono (2010) yaitu sebagai berikut ini.
(1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
(2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
(3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
(4) Masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
(5) Kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ±15 menit.
(6) Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas yang berbentuk bola tersebut secara bergantian.
(7) Evaluasi.
(8) Penutup.

Model pembalajaran kooperatif tipe STAD dan Snowball Throwing saya gabungkan dengan sintaks pembelajaran sebagai berikut:
1. Siswa menyimak penyampaian informasi mengenai materi yang akan dipelajari dari guru.
2. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok di mana setiap kelompok terdiri dari 4 sampai 5 siswa yang kemampuan akademiknya terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah.
3. Setiap kelompok mendapatkan LKS untuk didiskusikan dan dikerjakan bersama-sama dan saling membantu antar anggota dalam kelompok.
4. Masing-masing ketua kelompok dipanggil guru untuk diberikan penjelasan tentang materi dan tugas di LKS.
5. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
6. Siswa mengerjakan LKS secara berkelompok dan mengumpulkan hasilnya. Selama diskusi berlangsung, guru memantau kerja siswa dan mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan.
7. Setiap kelompok diberikan satu lembar kertas kerja untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
8. Kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar ke kelompok yang lain selama ± 5 menit.
9. Setelah setiap kelompok mendapat satu bola/satu pertanyaan, siswa diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas yang berbentuk bola tersebut secara berkelompok.
10. Setiap kelompok mempresentasikan jawabannya di depan kelas.
11. Setiap siswa mengerjakan kuis secara individual.
12. Pemberian penghargaan berdasarkan rata-rata skor perkembangan tiap kelompok.(dpt diberikan di pertemuan berikutnya karena menghitung skor perkembangan siswa cukup menyita waktu terutama jika jumlah siswa yg besar dalam suatu kelas)
Arends dan kawan-kawannya berpendapat bahwa tidak hanya ada satu cara yang benar untuk melaksanakan model pembelajaran. Guru yang kreatif akan mengadaptasi model tersebut agar sesuai dengan situasi belajar yang dihadapi (Kardi dan Nur, 2001). Oleh karena itu, modifikasi terhadap model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Snowball Throwing dapat dilakukan agar sesuai dengan situasi belajar yang dihadapi di kelas sehingga siswa dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan.

Berikut ini beberapa kekurangan dari STAD:
1. Memerlukan waktu yg cukup lama dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran karena siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan memerlukan lembar kerja serta terdapat kuis individu di akhir pembelajaran.( Kuis individu tdk harus dilaksanakan setelah penerapan STAD dalam satu pertemuan tapi dpt dilakukan setelah beberapa kali pertemuan)
2. Memerlukan waktu yg tdk sedikit dalam pelaksanaannya terutama saat siswa mengerjakan tugas kelompok atau LKS karena sangat ditentukan oleh kemampuan siswa bekerja sama dan memahami materi yg dipelajari. Walaupun dalam satu kelompok terdapat siswa yg berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah tetapi tidak semua siswa mampu menjalin kerja sama yg baik. Tak jarang siswa yg berkemampuan tinggi tdk mampu memberi penjelasan yg baik dan tdk mampu berkomunikasi secara terbuka dgn temannya yg lain.

Beberapa kekurangan dari Snowball Throwing:
1. Sangat bergantung pada kemampuan siswa dalam memahami materi sehingga apa yg dikuasai siswa hanya sedikit. Hal ini dapat dilihat dari soal yg dibuat siswa biasanya hanya seputar materi yg sudah dijelaskan atau seperti contoh soal yg telah diberikan.
2. Ketua kelompok yg tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu menjadi penghambat bagi anggota lain utk memahami materi sehingga diperlukan waktu yg tidak sedikit untuk siswa mendiskusikan materi pelajaran.
3. Tdk ada kuis individu maupun penghargaan kelompok sehingga siswa saat berkelompok kurang termotivasi untuk bekerja sama. tapi tdk menutup kemungkinan bagi guru untuk menambahkan pemberiaan kuis individu dan penghargaan kelompok.

Kekurangan yg dimiliki STAD maupun Snowball Throwing bukan berarti keduanya tdk memiliki kelebihan.
Kelebihan dari STAD menurut saya antara lain:
1. Siswa tdk hanya meningkatkan kemampuan akademisnya tetapi juga kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama dgn siswa lain karena belajar secara berkelompok. Siswa dituntut untuk bertanggung jawab secara individu karena akan diberikan kuis individu yg sangat menentukan nilai kelompok dan penghargaan yg akan diraih kelompok. Dengan demikian, siswa harus saling membelajarkan dan saling membantu memahami materi saat belajar di kelompok.
2. Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis.
3. Memberi kesempatan kepada semua siswa baik yg kemampuannya tinggi, sedang, dan rendah utk terlibat aktif dalam pembelajaran. Jika dibandingkan dgn pembalajaran konvensional yg biasanya lebih didominasi siswa yg berkemampuan tinggi. Semua siswa dapat berperan dalam meraih keberhasilan kelompok karena skor kelompok didasarkan pada rata-rata skor perkembangan setiap anggota kelompok. Dengan demikian, siswa yg kemampuannya rendah pun dapat termotivasi untuk meraih prestasi yg baik.

Kelebihan Snowball Throwing:
1. Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa seperti bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa lain.
2. Siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir karena diberi kesempatan utk membuat soal dan diberikan pada siswa lain.
3. Membuat siswa siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa tdk tahu soal yg dibuat temannya seperti apa.


Daftar Pustaka
Bayor, A. 2010. Snowball Throwing. http://akmaldebayor.blogspot.com/2010/05/snowball-throwing_08.html. Diakses tanggal 10 Oktober 2010.

Ibrahim, M., F. Rachmadiarti, M. Nur, dan Ismono. 2001. Pembelajaran Kooperatif. University Press, Surabaya.
Kardi, S. dan Nur, M. 2001. Pengantar pada Pengajaran dan Pengelolaan Kelas. University Press, Surabaya.

Lambas, T.Y.E. Siswono, M. Asikin, Sumardi, Ismail, H. Sukarman, F. Shadiq, R. Zulaiha, Jailani, Kusrini, P. Wijayanti, E. Parjitno dan A. Krismato. 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Mata Pelajaran Matematika. Bagian Proyek Pengembangan Sistem dan Pengendalian Program SLTP, Jakarta.
Slavin, R. E. 2009. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Terjemahan Lita. Nusa Media, Bandung.

Suprijono, A. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Masmedia Buana Pustaka, Sidoarjo.

Widodo, R. 2009. Model Pembelajaran Snowball Throwing. http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/09/model-pembelajaran-18-snowball-throwing. Diakses tanggal 10 Oktober 2010.