Jumat, 20 Mei 2011

MENJADI GURU ITU...

Menjadi guru itu adalah panggilan hati. Itu menurut saya. Tapi ada pula mungkin yang menjadi guru hanya karena pekerjaan itulah yg ada peluangnya meski tidak sesuai dgn latar belakang pendidikannya. Bahkan ada pula yang termotivasi oleh masa lalu yang tidak menyenangkan sehingga membuatnya memutuskan untuk menjadi guru.
Ini adalah cerita dari seorang guru saya di sekolah dulu. Beliau mengajarkan mata pelajaran yg bias dikatakan sulit dan membuat siswa pusing. Siswa yg suka mata pelajaran ini sangat langka. Mata pelajaran itu adalah kimia. Beliau bercerita bahwa sebenarnya beliau tidak suka sekali dgn kimia. Bahkan waktu sekolah dulu, nilai kimia beliau tidak bias dikatakan baik. Tapi, karena tidak pernah mendapat nilai baik itulah beliau bertekad untuk jadi guru kimia. Supaya beliau benar-benar paham dengan materi pelajaran kimia itu. Malu dong kalo gurunya saja tdk menguasai mata pelajaran yg diajarkan. Bagaimana bias siswanya dapat memahami materi kalo gurunya tidak paham apa yg akan diajarkan? Nah, karena itulah guru saya itu memutuskan untuk jadi guru kimia. Beliau pun setelah lulus SMA masuk ke pendidikan kimia dan berhasil jadi guru kimia yg baik dan pintar menurut saya. Alhamdulillah, meski saat sekolah beliau merasa sulit mempelajari kimia, kini beliau mampu menjadi salah seorang guru kimia yg professional.
Cerita lainnya adalah seorang guru fisika. Beliau itu sebenarnya tidak punya keinginan sama sekali untuk menjadi guru. Karena cita-cita beliau itu adalah menjadi dokter. Sayangnya, saat ikut tes masuk fakultas kedokteran, beliau gagal. Orang tua beliaulah yg mendaftarkan beliau ke pendidikan fisika. Meskipun beliau tidak mau, tapi menurut orang tuanya itu lebih baik daripada tidak kuliah. akhirnya beliau pun lulus kuliah dan menjadi guru fisika, salah satu pelajaran yg juga menjadi momok dan dianggap sangat sulit oleh sebagian besar siswa. Karena beliau menjalankan profesinya sebagai guru dengan setengah hati, maka tentunya berakibat pula terhadap cara mengajar dan hasil yg dicapai siswa yg diajari. Ternyata memang berat menjalani sesuatu yg benar-benar tidak kita suka.
Lain halnya dgn seorang guru yg benar-benar mencintai pelajaran yg beliau ajarkan. Benar-benar mencintai siswanya. Benar-benar mencintai profesinya. Tentunya guru seperti ini akan menjalankan amanahnya sebagai seorang pendidik dengan baik. Tidak sekadar untuk mencari penghasilan, tetapi memiliki niat yg benar-benar tulus ingin membagi ilmunya dan membuat siswanya menjadi manusia yg cerdas dan memiliki akhlak yg mulia. Adakah guru seperti ini? Saya rasa banyak. Mudah-mudahan kita salah satunya.

Menjadi guru itu sungguh mulia. Wajar jika ada pepatah yg mengatakan bahwa “Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa”. Karena memang menjadi guru itu bukanlah hal mudah, tapi semua akan menjadi mudah dan indah jika niatnya lurus dan dilaksanakan dengan senang hati. Dulu saya tidak pernah membayangkan bisa berdiri di depan kelas dan memberi materi serta membimbing siswa untuk belajar. Kini saya merasakan betapa besar tanggung jawab seorang guru. Guru tidak hanya mengajar, menjelaskan materi, memberi tugas, dan menilai pekerjaan siswa. Guru itu pendidik yg harus dapat membimbing siswa untuk menjadi manusia yg berakhlakul karimah. Sayangnya, guru lebih banyak menekankan pada pengajaran dan berorientasi pada nilai akademik yg dicapai siswa. Sehingga sebagian besar berlomba-lomba agar siswanya dapat meraih nilai yg tinggi saat ujian dan mengabaikan moralitas.Mengapa saya katakana demikian? Saya rasa Anda pun tahu bagaimana pelaksanaan Ujian Nasional di setiap jenjang pendidikan, di setiap sekolah, di setiap daerah, setiap tahunnya. Selalu terdapat kecurangan yg sudah menjadi rahasia umum. Baik yg melibatkan pihak sekolah maupun pihak di luar sekolah. Entah bagaimana dapat memberantas kecurangan ini. Miris. Sedih. Sungguh suatu yg memprihatinkan. Nilai yg tinggi kini tdk lagi dapat menjadi jaminan bahwa siswa itu benar-benar pintar dan menguasai pelajaran. Yang lebih memprihatinkan adalah adanya oknum guru yg terlibat dalam kecurangan itu untuk membantu siswanya agar lulus. Begitukah guru yg baik itu? Tentu saja bukan.

Menjadi guru itu menyenangkan. Mengapa saya katakan demikian? Banyak hal yg dapat saya ungkapkan mengenai alasan saya menyebut guru sebagai pekerjaan yg menyenangkan. Terkadang siswa dgn berbagai tingkahnya membuat saya ingin tertawa. Terkadang tingkah mereka bikin gemes, kadang pula bikin kesel. Yang jelas, jadi guru itu harus ekstra sabar. Kadang siswa ada yg curhat macam-macam. Ya, harus didengarkan dan diberikan nasihat. Pokoknya menyenangkan deh....!

Menjadi guru itu berarti jadi teladan. Kata pepatah: “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Ya, guru itu digugu dan ditiru. Guru harus dapat jadi teladan yg baik tak hanya bagi siswa tapi juga masyarakat luas. Bagaimana bisa guru mencerdaskan anak bangsa jika dia sendiri tdk cerdas? Bagaimana bisa guru dapat mencetak generasi bangsa yg berakhlak mulia jika guru tidak mampu menjadi teladan yg baik?
Contoh kecil saja. Seorang guru melarang siswa utk merokok, tetapi dia sendiri merokok. Apa tdk salah? Contoh lain. Seorang guru meminta siswa untuk disiplin dan datang tepat waktu ke sekolah, tapi dia sendiri datang terlambat. Apakah ini bisa jadi contoh yg baik buat siswa?
Semoga para guru dapat menjadi teladan buat bangsa dan mendidik generasi bangsa menjadi orang-orang yg berkualitas yg tidak hanya cerdas secara akademis tapi juga berakhlak mulia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar