Selasa, 03 Mei 2011

STAD DAN SNOWBALL THROWING

Salam.
Pada kesempatan ini saya hanya ingin membagi pengalaman saya saat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Snowball Throwing.
STAD (Student Teams Achievement Division) dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin, USA. STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pembelajaran kooperatif (Slavin, 2009).
Tipe STAD adalah metode pembelajaran kooperatif dengan pengelompokan kemampuan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota. Keanggotaan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku. Ciri-ciri pembelajaran tipe STAD yaitu kelas terbagi dalam kelompok-kelompok kecil. Tiap kelompok terdiri dari 4-5 anggota yang heterogen dan belajar dengan metode pembelajaran kooperatif dan prosedur kuis. (Suyatno, 2009).
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diadaptasi dari Slavin (2009) adalah sebagai berikut.
(1) Presentasi Kelas
Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Presentasi ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual. Perbedaan presentasi kelas dengan pengajaran biasa adalah presentasi tersebut harus benar-benar berfokus pada unit STAD. Para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis dan skor kuis mereka menentukan skor kelompok mereka.
(2) Kelompok
Kelompok terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama kelompok ini adalah memastikan bahwa semua anggota kelompok benar-benar belajar dan lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Kelompok berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya setelah guru menyampaikan materinya. Pembelajaran itu sering kali melibatkan pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota kelompok ada yang membuat kesalahan.
(3) Pemberian Kuis
Para siswa akan mengerjakan kuis individual setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik kelompok. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis sehingga setiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya.
(4) Skor Perkembangan Individual
Gagasan dibalik skor perkembangan individual adalah untuk memberikan kepada setiap siswa tujuan kinerja yang dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada kelompoknya dalam sistem skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Dengan demikian, kesuksesan kelompok sangat bergantung pada keberhasilan anggotanya.
(5) Penghargaan Kelompok
Langkah selanjutnya setelah kegiatan perhitungan skor perkembangan individu selesai adalah pemberian penghargaan kepada kelompok. Kelompok akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Tiga macam tingkatan penghargaan diberikan berdasarkan pada rata-rata skor kelompok yaitu kelompok baik, kelompok hebat dan kelompok super.

Menurut Ibrahim dkk. (2001), untuk menentukan skor perkembangan setiap siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD ditentukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
Langkah 1 : Menetapkan skor dasar. Setiap siswa diberikan skor berdasarkan kuis-kuis yang lalu.
Langkah 2 : Menghitung skor kuis terkini. Siswa memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan dengan pelajaran terkini.
Langkah 3 : Menghitung skor perkembangan. Siswa mendapatkan poin perkembangan yang besarnya ditentukan apakah skor kuis terkini mereka menyamai atau melampaui skor dasar mereka dengan menggunakan skala yang diberikan di bawah ini.
Skor perkembangan siswa
1.Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar : 0 poin
2.10 poin-1 poin di bawah skor dasar : 10 poin
3.Skor dasar-10 poin di atas skor dasar : 20 poin
4.Lebih dari 10 poin di atas skor dasar : 30 poin
5.Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar) : 30 poin
(Ibrahim dkk., 2001)
Menurut Ibrahim dkk. (2001), menentukan skor tiap kelompok dan memberikan penghargaan kepada kelompok ditentukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
Langkah 1 : Menentukan skor kelompok. Skor kelompok dihitung dengan menambahkan skor perkembangan tiap-tiap individu anggota kelompok dan membaginya dengan jumlah anggota kelompok tersebut.
Langkah 2 : Penghargaan kepada kelompok. Tiap-tiap kelompok memperoleh suatu penghargaan berdasarkan sistem poin berikut ini.
Tabel Kategori penghargaan kelompok
No. Skor Kelompok Penghargaan Kelompok
1 15 < N < 20 Kelompok Baik
2 20 < N < 25 Kelompok Hebat
3 N < 25 Kelompok Super
(Lambas dkk., 2004)

Snowball Throwing
Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing artinya melempar. Snowball Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Dalam pembelajaran Snowball Throwing, bola salju merupakan kertas yang berisi pertanyaan yang dibuat oleh siswa kemudian dilempar kepada temannya sendiri untuk dijawab (Bayor, 2010).
Menurut Bayor (2010), Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran aktif (active learning) yang dalam pelaksanaannya banyak melibatkan siswa. Peran guru di sini hanya sebagai pemberi arahan awal mengenai topik pembelajaran dan selanjutnya penertiban terhadap jalannya pembelajaran.
Snowball Throwing sebagai salah satu dari model pembelajaran aktif (active learning) pada hakikatnya mengarahkan atensi siswa terhadap materi yang dipelajarinya. Namun sebagaimana model pembelajaran lainnya, dalam penerapannya pun ada faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain kondisi siswa, waktu yang tersedia, materi yang diajarkan dan tujuan pembelajaran (Bayor, 2010).
Langkah–langkah penerapan Snowball Throwing menurut Suprijono (2010) yaitu sebagai berikut ini.
(1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
(2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
(3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
(4) Masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
(5) Kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ±15 menit.
(6) Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas yang berbentuk bola tersebut secara bergantian.
(7) Evaluasi.
(8) Penutup.

Model pembalajaran kooperatif tipe STAD dan Snowball Throwing saya gabungkan dengan sintaks pembelajaran sebagai berikut:
1. Siswa menyimak penyampaian informasi mengenai materi yang akan dipelajari dari guru.
2. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok di mana setiap kelompok terdiri dari 4 sampai 5 siswa yang kemampuan akademiknya terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah.
3. Setiap kelompok mendapatkan LKS untuk didiskusikan dan dikerjakan bersama-sama dan saling membantu antar anggota dalam kelompok.
4. Masing-masing ketua kelompok dipanggil guru untuk diberikan penjelasan tentang materi dan tugas di LKS.
5. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
6. Siswa mengerjakan LKS secara berkelompok dan mengumpulkan hasilnya. Selama diskusi berlangsung, guru memantau kerja siswa dan mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan.
7. Setiap kelompok diberikan satu lembar kertas kerja untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
8. Kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar ke kelompok yang lain selama ± 5 menit.
9. Setelah setiap kelompok mendapat satu bola/satu pertanyaan, siswa diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas yang berbentuk bola tersebut secara berkelompok.
10. Setiap kelompok mempresentasikan jawabannya di depan kelas.
11. Setiap siswa mengerjakan kuis secara individual.
12. Pemberian penghargaan berdasarkan rata-rata skor perkembangan tiap kelompok.(dpt diberikan di pertemuan berikutnya karena menghitung skor perkembangan siswa cukup menyita waktu terutama jika jumlah siswa yg besar dalam suatu kelas)
Arends dan kawan-kawannya berpendapat bahwa tidak hanya ada satu cara yang benar untuk melaksanakan model pembelajaran. Guru yang kreatif akan mengadaptasi model tersebut agar sesuai dengan situasi belajar yang dihadapi (Kardi dan Nur, 2001). Oleh karena itu, modifikasi terhadap model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Snowball Throwing dapat dilakukan agar sesuai dengan situasi belajar yang dihadapi di kelas sehingga siswa dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan.

Berikut ini beberapa kekurangan dari STAD:
1. Memerlukan waktu yg cukup lama dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran karena siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan memerlukan lembar kerja serta terdapat kuis individu di akhir pembelajaran.( Kuis individu tdk harus dilaksanakan setelah penerapan STAD dalam satu pertemuan tapi dpt dilakukan setelah beberapa kali pertemuan)
2. Memerlukan waktu yg tdk sedikit dalam pelaksanaannya terutama saat siswa mengerjakan tugas kelompok atau LKS karena sangat ditentukan oleh kemampuan siswa bekerja sama dan memahami materi yg dipelajari. Walaupun dalam satu kelompok terdapat siswa yg berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah tetapi tidak semua siswa mampu menjalin kerja sama yg baik. Tak jarang siswa yg berkemampuan tinggi tdk mampu memberi penjelasan yg baik dan tdk mampu berkomunikasi secara terbuka dgn temannya yg lain.

Beberapa kekurangan dari Snowball Throwing:
1. Sangat bergantung pada kemampuan siswa dalam memahami materi sehingga apa yg dikuasai siswa hanya sedikit. Hal ini dapat dilihat dari soal yg dibuat siswa biasanya hanya seputar materi yg sudah dijelaskan atau seperti contoh soal yg telah diberikan.
2. Ketua kelompok yg tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu menjadi penghambat bagi anggota lain utk memahami materi sehingga diperlukan waktu yg tidak sedikit untuk siswa mendiskusikan materi pelajaran.
3. Tdk ada kuis individu maupun penghargaan kelompok sehingga siswa saat berkelompok kurang termotivasi untuk bekerja sama. tapi tdk menutup kemungkinan bagi guru untuk menambahkan pemberiaan kuis individu dan penghargaan kelompok.

Kekurangan yg dimiliki STAD maupun Snowball Throwing bukan berarti keduanya tdk memiliki kelebihan.
Kelebihan dari STAD menurut saya antara lain:
1. Siswa tdk hanya meningkatkan kemampuan akademisnya tetapi juga kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama dgn siswa lain karena belajar secara berkelompok. Siswa dituntut untuk bertanggung jawab secara individu karena akan diberikan kuis individu yg sangat menentukan nilai kelompok dan penghargaan yg akan diraih kelompok. Dengan demikian, siswa harus saling membelajarkan dan saling membantu memahami materi saat belajar di kelompok.
2. Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis.
3. Memberi kesempatan kepada semua siswa baik yg kemampuannya tinggi, sedang, dan rendah utk terlibat aktif dalam pembelajaran. Jika dibandingkan dgn pembalajaran konvensional yg biasanya lebih didominasi siswa yg berkemampuan tinggi. Semua siswa dapat berperan dalam meraih keberhasilan kelompok karena skor kelompok didasarkan pada rata-rata skor perkembangan setiap anggota kelompok. Dengan demikian, siswa yg kemampuannya rendah pun dapat termotivasi untuk meraih prestasi yg baik.

Kelebihan Snowball Throwing:
1. Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa seperti bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa lain.
2. Siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir karena diberi kesempatan utk membuat soal dan diberikan pada siswa lain.
3. Membuat siswa siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa tdk tahu soal yg dibuat temannya seperti apa.


Daftar Pustaka
Bayor, A. 2010. Snowball Throwing. http://akmaldebayor.blogspot.com/2010/05/snowball-throwing_08.html. Diakses tanggal 10 Oktober 2010.

Ibrahim, M., F. Rachmadiarti, M. Nur, dan Ismono. 2001. Pembelajaran Kooperatif. University Press, Surabaya.
Kardi, S. dan Nur, M. 2001. Pengantar pada Pengajaran dan Pengelolaan Kelas. University Press, Surabaya.

Lambas, T.Y.E. Siswono, M. Asikin, Sumardi, Ismail, H. Sukarman, F. Shadiq, R. Zulaiha, Jailani, Kusrini, P. Wijayanti, E. Parjitno dan A. Krismato. 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Mata Pelajaran Matematika. Bagian Proyek Pengembangan Sistem dan Pengendalian Program SLTP, Jakarta.
Slavin, R. E. 2009. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Terjemahan Lita. Nusa Media, Bandung.

Suprijono, A. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Masmedia Buana Pustaka, Sidoarjo.

Widodo, R. 2009. Model Pembelajaran Snowball Throwing. http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/09/model-pembelajaran-18-snowball-throwing. Diakses tanggal 10 Oktober 2010.

1 komentar: