Kamis, 20 Oktober 2011

FATAMORGANA SENJA

Mentari telah lelah bersinar atau ia
sudah muak dengan among kosong dunia
yang gemerlap oleh lampu nista

Dan di penghujung hari yang pada hakikatnya
bak lembaran yang telah dibalik kembali
Kulihat fatamorgana di seberang sana menungguku berlari
Memanggilku tuk mengejarnya hingga ku tak lagi
merasakan kakiku berpijak di bumi yang renta

Binarnya menyeretku berimajinasi memasuki
lorong-lorong benak yang tak berujung
Dan kutemukan sebuah bilik tak berpenghuni
yang akan kusulap layaknya negeri dongeng
Bersama bayangnya yang berkelebat di langit biru hati

Senandung air mata meninabobokan jiwa
dalam penantian tak kenal lelah
Menyulam asa, merajut harap
agar fatamorgana bukan mimpi belaka
Namun menjadi nyata yang tersentuh

Melodi rindu bergema menggemparkan seisi sanubari
Aromanya menyeruak memenuhi atmosfer nurani
Hingga sesak terus mendesak, menderu dan menggebu
Takut dan harap berpadu jadi satu
Bersenyawa dalam tabung reaksi bernama hati

Fatamorgana senja torehkan bait-bait rasa
di prasasti hati yang tersembunyi
Dan aku harus berjuang agar dia tak menjadi
tiran yang menawan diri dalam angan-angan
Membius jiwa dalam kepayahan tak terperi

Biarlah fatamorgana berlalu bersama senja merah jingga
dan ia tak pernah tahu bahwa malamku berselimut
alunan syahdu pinta yang teramat lirih
Namun kuyakin lagu ini terdengar sampai ke nirwana

Maka kutunggu pagi esok dipenuhi hangatnya
sinar mentari yang tersenyum di cakrawala
Dan kau tak lagi fatamorganaku yang kukejar
Karena kau sudah berdiri tegak di hadapku
dengan uluran tangan yang kan kusambut

Teriring puji bagi Sang Arsitek
yang menjadikanmu tak lagi fana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar