Di antara tembok-tembok kokoh yang bisu
Bersama waktu yang hanya bisa melangkah maju
Tersungkur jiwa di atas sajadah biru
Memungut serpihan hati yang retak dan keruh
Logika berkata, mustahil mengulang waktu
Namun jiwa terus meronta ingin kembali ke masa lalu
Menangis dalam keheningan berselimut pilu
Ratapi catatan suram yang penuhi sejarah hidup
Nurani kelam penuh noktah hitam
Goresan masa silam yang gelap seperti malam
Diri bagai kapal karam yang tenggelam di lautan
Namun terus mencoba berenang mencari tepian ampunan
Air mata tumpah dari mata yang sayu
Menyirami hati yang telah layu
Sadarilah wahai jiwa yang berkarat
Waktumu hanya tinggal sesaat
Jadilah pelita hebat pemberi manfaat
Meski hanya dengan sepotong ayat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar