Rabu, 20 April 2011

FALLING IN LOVE WITH...

Hmmm…, sebenarnya aku malu mengatakannya. Namun, ku rasa tak ada salahnya jika ku mengungkapkannya. Ya, kini ku telah menyadari bahwa ku tengah jatuh cinta. Pada siapa??? Kau ingin tahu? Cobalah tebak. Siapa kiranya yang telah mengisi lubang di hatiku. Ha…ha…ha…

Sayangnya, aku tidak jatuh cinta pada siapa, tapi pd apa. Hahhhh??? Ya, aku jatuh cinta pada sesuatu yang telah ku geluti selama bertahun-tahun. Sekarang ku menyadari bahwa apa yang ku kerjakan selama ni karena ku cinta. Apa itu?

I’M FALLING IN LOVE WITH MATHEMATICS !
AKU JATUH CINTA PADA MATEMATIKA ! J

Kok bisa??? Entah lah. Datang begitu saja. Ku juga tak tahu kapan mulanya. Penyebabnya??? Apa ya??? Ku perlu merenungkannya lebih dalam untuk mengetahui apa sebab ku mencintai matematika. Mata pelajaran yang menjadi momok dalam dunia pendidikan.

Hmmmm…..hening

Nah, jika sebagian orang beranggapan bahwa aku mencintai Matematika karena faktor genetic atau keturunan, maka ku rasa itu tidak tepat. Jika disebabkan oleh lingkungan, maka itu juga tidak tepat. Karena guru yang menyenangkan? Masih belum tepat juga. Apa dong??? Karena Matematika itu sendiri. Matematika itulah yang membuatku jatuh cinta padanya. Kerumitannya, ketajaman analisisnya, seluk-beluk rumusnya laksana misteri, pokoknya sangat sangat seru mempelajari Matematika, seperti menjdai detektif yang terlibat dalam kasus! Hee… Aneh ya? =>

Menurut Prof. Soehakso, matematika itu cantik. Mengapa beliau berpendapat begitu? Menurutnya, kecantikan matematika terletak pada ketajaman struktur logikanya. Hampir semua dalil, proposisi, atau teorema di dalam matematika dinyatakan dengan simbolisme logika. Dengan simbol itu hubungan di antara besaran-besaran dan variabel dapat dilakukan secara tegas. Kelebihan pengungkapan yang demikian adl kalimat2 verbal yang panjang dpt diringkaskan dan tdk menimbulkan makna ganda. Sesungguhnya itulah kelebihan bahasa matematika yang bersifat universal.

Namun, dia tdk berpretensi mengatakan bahwa bahasa matematika lebih unggul dari bahasa sehari-hari. Dlm membuat pemodelan thd fakta empiris untuk bidang ilmu pengetahuan seperti fisika, ekonomi, biologi, teknik, atau pertanian, bahasa matematika mungkin lebih tepat digunakan. Tetapi dlm komunikasi bisnis atau dlm bidang diplomatik, bahasa sehari-hari boleh jadi lebih unggul (Hadi, 2005).

Menurutku, bukan diriku sendiri yang mencintai matematika. Banyak orang yang jg mencintai matematika. Bahkan lebih besar lagi rasa cintanya. Sayangnya, yang membenci matematika jauh lebih banyaaaaaaaaaaaak sekali. Ironis memang. Setiap siswa jika ditanya apakah menyukai matematika, maka ku rasa 90% mengatakan TIDAK. Memang sih, belum ada penelitian ttg tu. Angka 90% tu hanyalah prediksiku. Namun, dari pengamatan dan pengalaman, begitu banyak siswa tdk senang pada matematika dgn berbagai alasan.

Banyak alasan yang menyebabkan seseorang (siswa) membenci matematika, di antaranya adalah:

(1) Materi yang dipelajari pd matematika bersifat abstrak. Tidak semua materi matematika dapat diikuti ilustrasi konkrit, seperti limit, aljabar, turunan, integral. Hal ini tentunya menjadi kesulitan tersendiri bagi siswa karena menuntut kemampuan bernalar. Guru juga kesulitan dalam mengaitkannya dgn konteks yang sebenarnya. Kesulitan siswa dalam memahami suatu konsep akan menjadi kendala yang sangat besar utk mempelajari materi selanjutnya karena konsep2 matematika tersusun scr hierarkhis, terstruktur, logis dan sistematis mulai dari konsep yang sederhana sampai pd konsep yang paling kompleks. Sayangnya, kurikulum kita terlalu menuntut kpd siswa utk mempelajari begitu banyak materi. Materi yang seharusnya sudah dikuasai seringkali tdk benar2 dipahami dan menyebabkan materi selanjutnya begitu payah utk dipelajari. Menyedihkan. Faktanya, banyak siswa SMA yang masih salah dalam operasi hitung pecahan. Padahal pecahan telah dipelajari sejak SD. Nah, di mana harusnya diperbaiki?

(2) Pembelajaran yang tdk memberi kesempatan pd siswa utk aktif berpartisipasi dalam membentuk pengetahuan. Guru hanya menyampaikan materi dgn metode ceramah, sedikit contoh, dan memberi tugas. Selalu seperti itu. Membosankan bukan? Tak ada tantangan bagi siswa, sehingga siswa merasa jenuh. Guru tidak berusaha mengaitkan apa yang dipelajari dgn konteks nyata. Dengan kata lain, siswa hanya menelan materi yang disampaikan oleh guru tanpa mengetahui untuk apa materi itu mereka pelajari. Ini tentunya dapat membuat siswa merasa tdk ada gunanya mempelajari matematika karena mereka kekurangan informasi akan manfaat dan aplikasi dari matematika itu sendiri dalam kehidupannya. Padahal begitu banyak manfaat dari matematika bagi kehidupan kita. Bahkan sehari-hari, matematika begitu dekat dgn kita. Bayangkan, jika saat berbelanja kita tdk pandai menghitung, tentu kita akan ditipu oleh pedagang. Pedagang yang tdk pandai menghitung juga akan mengalami kerugian.

(3) Paradigma negatif yang mengatakan bahwa matematika itu sulit. Paradigma seperti ini telah turun temurun diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Entah kapan dapat berakhir. Siswa yang telah mendengar bahwa matematika itu sulit akan menjadi takut dalam mempelajari matematika, bahkan sebelum mengenal matematika, udah takut duluan. Kayak mau masuk ke rumah hantu saja jk di kelas akan belajar matematika atau seperti ketemu setan yang menyeramkan jk bertemu guru matematika.

Sungguh sangat kompleks jika kita telaah lebih jauh. Bagitu banyak penelitian dilakukan, namun belum dpt memberikan kontribusi yang maksimal dalam pengembangan pembelajaran matematika jika tdk diikuti kesadaran dari semua pihak untuk memperbaiki pembelajaran matematika itu.

Kembali ke cerita awal, bahwa ku mencintai matematika. Ku ingin semua orang juga mencintai matematika, minimal tdk membenci dan takut padanya. Apa yang bisa dilakukan untuk menularkan rasa cinta pada matematika? berikut ini yang dapat kita lakukan:

(1) Mengaitkan materi matematika dgn kehidupan nyata alias realistis. Memang gak semua bs guru kaitkan dgn konteks nyata. Namun, perlu diusahakan pd materi2 yang sesuai, seperti aritmatika. Guru dapat menggunakan benda2 di sekitar siswa utk mempelajari operasi hitung, penjumlahan, pengurangan, perkalian atau pembagian. Contoh lain, misalnya pecahan, dengan membagi kue menjadi beberapa bagian. Persamaan linear dgn model jual beli. Belajar peluang, dapat dgn praktek sederhana melempar koin atau dadu. Masih banyak contoh lain yang dapat ditemukan. Yang penting guru mtk harus kreatif. Begitu pula dalam membuat alat peraga. Gak perlu mengganakan barang mahal, yang penting konsepnya dpt tersampaikan. Misalnya belajar ttg persegi, persegi panjang, segitiga atau lingkaran. Gunakan benda2 di sekitar kita saja.

(2) Pembelajaran dibuat semenarik mungkin. Model pembelajaran, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran harus tepat dgn materi yang diajarkan. Jangan hanya menggunakan model yang sama, ttp bervariasi agar siswa tdk bosan.

(3) Mengubah paradigma negatif bahwa matematika itu sulit. Oleh karena itu, kita perlu menyamakan persepsi bahwa matematika itu mudah, menyenangkan, menarik, unik, menantang! Perlu dikembangkan pemikiran bahwa matematika itu banyak manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.

Nah, teman. Apapun bidang yang kau geluti dan menjadi pilihanmu, maka cintailah bidang itu, seperti ku mencintai Matematika. Lakukan yang terbaik. Semoga kita dpt berkontribusi utk bangsa, negara dan agama kita.

Ok, sekian aja deh. Terakhir, ku ingin sampaikan bahwa….
MATEMATIKA ITU MUDAH
MATEMATIKA ITU MENYENANGKAN
AKU CINTA MATEMATIKA !!!

Smoga bermanfaat.

(Alhadulillah, masih diberi kesempatan utk menuliskan ide di kepala)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar